5 cm

5cm-edisi-final-posterThe Plot
Ini kisah persahabatan 5 orang anak muda di usia middle of twenties dengan bumbu petualangan mendaki Semeru.

The Comment
Sebelum menulis tentang filmnya, izinkan movietard curhat dahulu ya, pada tahun 2009, movietard pernah membaca novel 5 cm yang dikarang oleh Dhonny Dhirgantoro yang menjadi dasar film adaptasi ini. Di kala itu, movietard tengah mengalami perubahan fase dari dunia kuliah, menganggur, dan harus mempersiapkan ke dunia kerja. 5 cm hadir sebagai novel yang menemani masa ketidakpastian tersebut karena novel tersebut juga sama nggak pastinya *I know it sound weird but yeah, it was!*. Kelihatan sekali si pengarang yang sangat ‘ngalor ngidul’ di novelnya juga mengalami fase gundah gulana sehingga ia membuat para karakternya banyak bicara mengenai tokoh-tokoh idola mereka dan film favorit -yang justru menjadi bagian favorit movietard-. Beranjak dari part tersebut, Dhirgantoro membawa para karakternya berbicara lebih banyak terkait dengan masalah menggapai mimpi yang dilakukan dengan menaiki puncak gunung tertinggi di Jawa, Mahameru. Disini, movietard sudah merasa tidak ‘klik’ karena tidak punya rasa nasionalisme dibandingkan para karakter-karakter tersebut. Ketika film 5 cm (2012) finally beredar, movietard cukup curious dengan hasil eksekusinya, apalagi Dhirgantoro pun ikut duduk menjadi scriptwriter film ini.

tumblr_mf9jx97WZB1rxr6jgo2_500Dhirgantoro, dibantu Sunil Soraya dan Hilman Mutasi mengolah skrip 5 cm. Sedari awal sampai paruh film, mereka sangat fasih membuat audiens tertawa atau minimal tersenyum. Dengan balutan narasi Zafran yang kocak, audiens diajak mengenal kelima tokoh dalam film ini dengan luwes, ada si pemimpin Genta, Riani yang cantik dan suka sekali makan kuah mie, Arial yang kaku menghadapi perempuan, Ian si pesut ancol, banana boat, ikan paus yang menghadirkan tawa kocak audiens. 5 cm sempurna dalam bercerita tentang karakter dan persahabatan para anak muda yang menyenangkan, dan tentunya ada selipan kisah cinta di dalamnya. Sayangnya, justru dibagian yang terpenting yaitu pada pertengahan film hingga ke puncak, Dhirgantoro dkk kehilangan sentuhannya. Movietard masih tertawa, tetapi sayangnya bukan tawa renyah karena tiba-tiba, para karakter utama tersebut tiba-tiba menjelma menjadi poet handal dengan banyak dialog, yang alih-alih menginspirasi tentang kecintaan kita terhadap ibu pertiwi, hal tersebut justru terdengar begitu cheesy bagi movietard.

Dan kemudian, 5 cm menjelma menjadi film cerewet dengan dialog berbau nasionalisme dan mimpi. Padahal, as I wrote before, selama awal hingga paruh film, film ini jauh sekali dari pesan tersebut karena lebih asyik ‘ngalor ngidul’ ke kehidupan personal para karakternya satu persatu. Perpindahan tema yang sangat tidak smooth ini membuat movietard merasakan perasaan yang sama seperti ketika membaca novelnya, tidak klik. Salahkan diri movietard yang terlalu apatis dengan nasionalisme sendiri. Tetapi, in my opinion, tidakkah lebih baik para karakter tersebut menikmati keindahan Mahameru dalam keheningan? Dengan  bahasa tubuh seperti mencium bendera Indonesia? Dengan menangis? Dhirgantoro -yang memang memiliki kuasa sebagai penulis naskah- lebih senang menggunakan bahasa verbal yang sayangnya justru memperlebar jarak antara para karakter dengan audiens karena movietard sendiri merasa, I’m not gonna said anything that good like them in real life.

5cm4Selain kekurangan tersebut, perubahan utama yang dilakukan Dhirgantoro adalah memindahkan tampuk kekuasaan karakter utama dari Genta kepada Zafran. Salahkan casting yang memang memilih pemeran karakter Zafran yang lebih cute, membuat movietard rasanya mau mencubit pipi Herjunot Ali *hanya pipi, sungguh, bukan yang lain*. Herjunot bermain begitu lepas dan charming dengan personae the boy next door ala Gordon-Levitt, dan bersama Igor Saykoji sebagai Ian yang menggemaskan, mereka berdua adalah karakter yang paling menonjol dalam 5 cm. Movietard menyayangkan peran minim Fedi Nuril sebagai Genta, ia seolah tampil hanya sebagai sidekick yang selalu merasa canggung berdekatan dengan perempuan yang ia suka dengan mimik yang lucu padahal Genta dalam novelnya adalah karakter yang kuat. Sementara itu, para karakter perempuan sayangnya terpinggirkan, Manohara, eh salah, Raline Shah bermain cukup baik tetapi yang paling menyedihkan adalah Pevita Pearce. Ia tampil tersia-sia, yaitu hanya sebagai object sexual affection Zafran melalui beberapa slow motion shoots dengan rambut melambai ketika berjalan.

Tetapi mari lupakan holes tersebut. Di sisi lain, 5 cm pun memiliki kelebihan yang membuat film ini worth to watch. Di bawah besutan Rizal Mantovani sebagai director, 5 cm realitasnya mampu memotret keindahan alam di bagian timur pulau Jawa. Mantovani mengajak audiens meninggalkan kesemrawutan kehidupan Jakarta dengan memberikan kita kegagahan alam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Melalui long shoots yang menawan dan detail, dari mulai hamparan ilalang di dasar pendakian, hutan cemara, keindahan di danau Ranu Kumbolo, hingga tentunya, di puncak gunung berdebu yang menghadirkan samudra di atas awan. Kesemuanya landscape alam itu hadir dengan detail tanpa sedikitpun pengaruh CGI. Pemandangan alam pegunungan yang beautifully captured ini menyelamatkan audiens dari pertanyaan-pertanyaan yang menggelantung seperti ‘kok para pendaki amatir -selain Genta- bisa sukses mendaki dengan penampilan yang tidak hancur-hancur banget’.

tumblr_mb8yd9YoYj1rcdksyo1_1280In a conclusion, 5 cm adalah tontonan drama hidup pemuda-pemudi yang menyenangkan untuk ditonton bersama para sahabat. Menyenangkan karena film ini memiliki kumpulan casts yang good looking, tema persahabatan yang begitu cute dengan twist hubungan cinta di dalamnya, pemandangan gunung yang indah, scoring lagu yang pas dibawakan oleh Nidji dan pastinya, film ini menjadi agen promosi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bagi para remaja yang pastinya menjadi berniat menyaksikan langsung keajaiban samudera di awan. Tetapi, jika film ini dimaksudkan sebagai penggugah dan sarana perenungan kita semua tentang nasionalisme dan kesungguhan untuk menggapai mimpi, film bertema anak-anak seperti Garuda di Dadaku, Laskar Pelangi, Denias -Senandung di Atas Awan- melakukannya lebih baik karena tidak tampil menggurui seperti dalam film ini. Anyway, ada cameo yang tampil begitu cantik dipenghujung film dan siap-siap abaikan logika anda, anggap saja itu hasil kerja keras menggapai mimpi dari sang karakter.

Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu [Zafran]

Do You Know?
5 cm diputar pada 188 layar bioskop, untuk ukuran film Indonesia, jumlah layar untuk film ini termasuk sangat besar karena biasanya, jumlah tersebut hanya digunakan untuk film-film blockbuster Hollywood.
Hak pembuatan film 5 cm sudah dibeli Soraya Intercine Film sejak tahun 2008, tetapi membutuhkan waktu 3 tahun untuk mewujudkannya dalam sebuah film

My Rate
3 stars, 5 cm is a nice movie about young adult’s friendship. Sadly, the mixing themes between love, dream, self-identity searching and nationalism made audiences didn’t feel really connected with this movie. The positive thing is, Semeru’s landscape was captured beautifully.

7 thoughts on “5 cm

  1. Pendapat saya tidak jauh berbeda mengenai casting…

    Untuk film ini, silakan menikmati pemandangan yang disajikan dengan indah… tapi saat para artisnya berdialog, terkadang jadi sangat mengganggu.

    Tapi saya tetap mencintai film ini…

  2. Saya nonton film ini minggu lalu sebelum tahun baru.
    Film diawali dengan menarik, gesekan karakter yg beda kepribadian ditimpali humor lucu yang bisa membuat saya tertawa.

    Pertengahan film sangat datar, perkembangan karakter tokoh gampang ditebak (apalagi bagi penonton yg udah bosen krn keseringan dicekoki sinetron) dan ceritanya juga membosankan.

    Bagian akhir? kayaknya gak ada film (serius) Indonesia di tahun 2012 yang ngalahin kelebayan dan kejayusan film ini. Ending di atas puncak dengan orasi nasionalisme keenam tokoh adalah salah satu adegan terlebay yg pernah saya tonton dalam film Indonesia.dalam kurun tahun 2012. Baru liat ada anak muda yg terbiasa bergaya hidup hedonis tiba2 jadi nasionalis gara2 naik gunung sekali doang? Jangan2 kalau udah mendaki puncak everest di himalaya sana, mereka bakalan ngelamar jadi warga negara nepal.

    Tentu saja masih banyak film Indonesia model pocong ngaceng yang jauh lebih lebay, tapi ini khan film serius? Tentunya Rizal Mantovani gak rela film buatannya dibandingkan sama film horor cabul begituan, dan kalau dibandingkan dengan genre film serius begini, 5cm menampilkan adegan paling lebay di tahun 2012.

    Saya pribadi hanya menikmati bagian awal film yang humornya bisa membuat tertawa penonton dan sinematografi yang menampilkan keindahan lingkungan di sekitar gunung Semeru. Sisanya, saya hanya bisa mentertawakan ke-absurd-an cerita dan skenario-nya. tertawa masam tentunya.

    dan dengar2 ini film mau dikirim ke kompetisi festival film manca negara. kalau nggak mau diketawain di luar sana, mendingan jangan dikirim deh.

  3. Hahahaha…. agreed sama komennya, saya juga menikmati awal hingga paruh film yang begitu luwes dalam berbicara tentang persahabatan
    dan ketika para karakter mulai mendaki… setuju sekali kalau dialognya itu over lebay.
    Eh tapi kan yang jadi scriptwriternya adalah penulis novelnya sendiri, jadi jangan-jangan memang menurut dia bangsa kita perlu dikasih yang ‘lebay’ karena memang cinta sesuatu yang lebay 😉

Leave a reply to movietard Cancel reply